Pikun Di Usia Muda

Karena tingginya usia, tidak sedikit orang yang daya ingatnya tergangu, prilakunya kekanak-kanakan. Baru saja makan, sudah lupa. Bahkan, tidak jarang ia bercerita pada orang-orang di sekitarnya, sudah beberapa hari tidak makan. Yang lebih memprihatinkan adalah jika seseorang –karena lanjut usia- sudah tidak betah lagi mengenakan pakaian. Seseorang dengan gejala tersebut kita kenal sengan istilah pikun. Terhadap orang pikun karena termakan usia, semua orang akan maklum. Tidak ada satu orang pun yang menyalahkannya.
Namun, apa jadinya jika rendahnya daya ingat dan kelainan perilaku itu menimpa orang-orang muda dengan fisik dan penampilan yang justru sangat meyakinkan. Lihatlah, di sekitar kita banyak orang yang mengidap gejala pikun, sementara usianya masih cukup muda. Lisannya fasih dan lancar merangkai kata-kata berisi janji-janji. “Kelak, jika saya terpilih, saya akan berbuat terbaik untuk masyarakat. Saya akan bersikap jujur. Saya akan bangun ini, bangun itu.” begitu sebagian kecil janji yang diucapkan oleh calon pemimpin di banyak tempat. Lalu, bagaimana realisasi janjinya?
Umumnya, musim itu berhubungan dengan gejala alam: ada musim hujan, musim kemarau, musim panas, dan yang lainnya. Atau, musim sering dihubungkan dengan tanaman: ada musim panen, musim rambutan, musim mangga, dan masih banyak yang lainnya.
Ternyata sekarang menggejala jenis musim yang lain. Ada musim janji pada bulan-bulan tertentu, ada musim lupa janji pada bulan atau tahun-tahun yang lain. Sungguh memprihatinkan, karena kalimat janjinya dinanti banyak orang. Pemimpin yang melupakan satu janjinya, sudah memutus dan mematikan harapan sekian banyak orang. Dampaknya merusak sitem sosial yang telah terbangun sekian lama. Tentu, perilaku tersebut tidak dilakukan semua calon pemimpin. Nyatanya, masih ada pemimpin yang tak terserang gejala “pikun”.
Sampai kapan gejala “pikun” tersebut bertahan? Sekadar contoh sederhana, orang yang hari-harinya senang berkaus oblong dan bercelana jeans, namun pada “musim janji” kemana-mana nyaman bergamis dan berpeci. Sementara, jika datang periode melaksanakan janji, ia tanggalkan gamis dan peci. Jika itu hanya menyangkut pakaian, tidak begitu masalah. Namun, tidak bisa untuk sebuah janji. Janji harus ditepati. Karena ia ucapkan janji dengan penuh kesadaran, mengingkarinya adalah sebuah kejahatan.
Jika kita merasa ada gejala pikun di usia muda –mudah melupakan janji- biarlah lokomotif berjalan dikendalikan masinis lain. Karena, diluar kita masih banyak orang yang lekat dengan karakter pemimpin. Jangankan berjanji di depan lautan masa, sekadar berjanji pada seseorang pun, ia akan berusaha menepatinya. Orang dengan karakter pemimpin akan berurai air mata, tidur tidak akan nyenyak jika salah satu hak warganya terampas olehnya.
Orang yang pikun karena termakan usia, masyarakat akan mamakluminya, Allah SWT mengampuni atas ketidakmampuan mengontrol kesadarannya. Sementara, orang yang pikun di usia muda, dengan sadar melupakan janji, dibenci dan dihinakan banyak orang. Kepada orang yang berjanji, Allah SWT akan menagihnya. Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawaban (QS. Al Israa':34).
Semoga kita tidak pikun di usia muda. Rasa cinta pada Indonesia dan terlebih pada kepastian bahwa janji akan bertemu juga di akhirat nanti, menguatkan kita untuk tidak ingkar janji.
Sidareja, 23 Februari 2018
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- MEYAKINI ADANYA TUHAN
- Kiat Sukses Ujian Nasional Berbasis Komputer UNBK 2019
- MEKARNYA CINTA
- Bahagia Itu Adalah .....
- Bukti Cinta
Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas :
Komentar :
Kembali ke Atas